SEPENGGAL KISAH TENTANG ADZAN
Menyadari
bahwa adzan merupakan salah satu syariat yang agung dalam agama Islam,
ia adalah panggilan kepada orang-orang yang beriman untuk menghadap
Robbnya sekaligus syiar Islam kepada orang-orang yang belum beriman.
Maka ketika datang perintah untuk mengumandangkan adzan Rosulullah saw
bermusyawarah dengan para sahabat untuk membicarakan cara memanggil
manusia untuk shalat, munculah beberapa ide di antaranya dengan meniup
terompet seperti orang Yahudi, memukul lonceng seperti orang Nashrani,
sampai munculah Umar bin Khatab menyampaikan bahwa ia bermimpi bahwa
adzan diserukan oleh suara manusia. Akhirnya Rosulullah saw menyepakati
bahwa adzan diserukan oleh suara manusia dengan lafadz-lafadz seperti
yang sudah kita kenal saat ini. Hal tersebut merupakan ciri khas yang tidak terdapat pada agama-agama lain.
Setelah kesepakatan tersebut ternyata tidak seluruh sahabat dapat
melakukan Adzan maka dipilihlah salah seorang sahabat yang paling keras
panggilannya dan paling merdu suaranya yaitu Bilal bin Rabbah ra.
Lama sepeninggal Rosulullah saw Bilal tidak pernah melantunkan Adzan
kembali, sampai satu saat cucu Rosulullah Hasan & Husain ra
memintanya untuk mengumandangkan Adzan ketika beliau bekunjung ke
Madinah, maka ketika adzan berkumandang di langit Madinah kaum
mukmininpun berduyun-duyun memenuhi masjid, mereka bertanya siapakah
yang mengumandangkan adzan ini? Suara Adzan yang lama sekali tidak
pernah mereka dengar kembali, suara adzan yang mengingatkan mereka
kepada satu nama yang selalu terukir di hati mereka, suara adzan yang
menggerakkan langkah kaki mereka untuk mendengar kalam-kalam Allah
menghujam kedalam sanubari mereka karena dilantunkan oleh orang yang
langsung menerimanya dari Jibril as. sampai ketika Bilal mengumandakan
kalimat “Asyhadu Anna Muhammadar Rosulullah” hampir seluruh penduduk
Madinah menangis, terkenang saat-saat mereka masih bersama Rosulullah,
berjuang, menuntut ilmu, teringatlah bagaimana cinta Rosul kepada
mereka, ahlak rosul kepada mereka, berurailah air mata mereka, alunan
suara Bilal telah membawa kenangan-kenangan manis itu kembali kehadapan
mereka dan menghadirkan kerinduan untuk bertemu kekasih mereka
Rosulullah Muhammad SAW.
Bagaimana dengan kita? Bergetarkah hati
kita ketika mendengar panggilan Allah itu?, teringatkah kita akan
Rosulullah ketika disebut namanya disetiap waktu? Atau beruraikah air
mata kita karena kerinduan untuk bertemu kekasih kita ketika terlantun
kalimah “ Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar