Berbagi Ilmu & Informasi

Jumat, 27 Juli 2012

SEPENGGAL KISAH TENTANG ADZAN

Menyadari bahwa adzan merupakan salah satu syariat yang agung dalam agama Islam, ia adalah panggilan kepada orang-orang yang beriman untuk menghadap Robbnya sekaligus syiar Islam kepada orang-orang yang belum beriman. Maka ketika datang perintah untuk mengumandangkan adzan Rosulullah saw bermusyawarah dengan para sahabat untuk membicarakan cara memanggil manusia untuk shalat, munculah beberapa ide di antaranya dengan meniup terompet seperti orang Yahudi, memukul lonceng seperti orang Nashrani, sampai munculah Umar bin Khatab menyampaikan bahwa ia bermimpi bahwa adzan diserukan oleh suara manusia. Akhirnya Rosulullah saw menyepakati bahwa adzan diserukan oleh suara manusia dengan lafadz-lafadz seperti yang sudah kita kenal saat ini. Hal tersebut merupakan ciri khas yang tidak terdapat pada agama-agama lain.
Setelah kesepakatan tersebut ternyata tidak seluruh sahabat dapat melakukan Adzan maka dipilihlah salah seorang sahabat yang paling keras panggilannya dan paling merdu suaranya yaitu Bilal bin Rabbah ra.
Lama sepeninggal Rosulullah saw Bilal tidak pernah melantunkan Adzan kembali, sampai satu saat cucu Rosulullah Hasan & Husain ra memintanya untuk mengumandangkan Adzan ketika beliau bekunjung ke Madinah, maka ketika adzan berkumandang di langit Madinah kaum mukmininpun berduyun-duyun memenuhi masjid, mereka bertanya siapakah yang mengumandangkan adzan ini? Suara Adzan yang lama sekali tidak pernah mereka dengar kembali, suara adzan yang mengingatkan mereka kepada satu nama yang selalu terukir di hati mereka, suara adzan yang menggerakkan langkah kaki mereka untuk mendengar kalam-kalam Allah menghujam kedalam sanubari mereka karena dilantunkan oleh orang yang langsung menerimanya dari Jibril as. sampai ketika Bilal mengumandakan kalimat “Asyhadu Anna Muhammadar Rosulullah” hampir seluruh penduduk Madinah menangis, terkenang saat-saat mereka masih bersama Rosulullah, berjuang, menuntut ilmu, teringatlah bagaimana cinta Rosul kepada mereka, ahlak rosul kepada mereka, berurailah air mata mereka, alunan suara Bilal telah membawa kenangan-kenangan manis itu kembali kehadapan mereka dan menghadirkan kerinduan untuk bertemu kekasih mereka Rosulullah Muhammad SAW.
Bagaimana dengan kita? Bergetarkah hati kita ketika mendengar panggilan Allah itu?, teringatkah kita akan Rosulullah ketika disebut namanya disetiap waktu? Atau beruraikah air mata kita karena kerinduan untuk bertemu kekasih kita ketika terlantun kalimah “ Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar